Golput Memenangkan Pilkada Jakarta

Sumber: Freepik.com


JAKARTA, ABISATYA NEWS — Jumlah pemilih Golongan Putih (Golput) meningkat drastis pada Pilkada serentak 2024. Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara oleh KPU, jumlah golput di Jakarta mencapai 42,48 persen, pada Sabtu (7/12).

Dari total 8.214.007 Pemilih Tetap (DPT) di Pilkada Jakarta 2024, jumlah pengguna hak suara hanya menyentuh angka 4.724.393 orang. Sedang sisanya memilih untuk tidak menggunakan haknya. Fenomena meningkatnya jumlah golput dialami di lima wilayah Jakarta.

Begitu pula yang terjadi di TPS 031 Tebet Timur. Dari total 692 Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan 2 pemilih Daftar Pemilih Khusus (DPK), sebanyak 188 orang memilih absen. Angka tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah pemilih Golongan Putih (Golput) jika dibandingkan dengan Pemilu Presiden (Pilpres). Pada Pilpres, DPT tidak hadir kurang dari 100 orang. Namun, saat Pilkada angka tersebut melonjak hingga 88%. 

“Nah, golput ini yang jadi perhatian kami juga sebenarnya. Kalau dibandingin sama PIlpres kemarin jelas melonjak pesat ya. Kemarin kurang dari seratus orang yang ga dateng, tapi sekarang segitu banyaknya yang golput. Kalau dibanding sama Pemilu 2017 juga masih banyakan ini golputnya,” jelas Dina, Ketua KPPS 031.

Selain itu, jumlah surat suara tidak sah juga mengalami kenaikan. Pada Pilpres 2024, hanya terdapat 5 lembar surat suara yang tidak sah. Sedangkan pada Pilkada jumlahnya meningkat menjadi 36 lembar.




x

Sepi Lantaran Kurang Digandrungi

Adanya lonjakan pemilih yang Golput ini disebabkan oleh kebingungan masyarakat menentukan pilihan. Sejumlah kalangan merasa jenuh dengan Pilkada Jakarta sebab calonnya yang kurang diminati. Setelah drama politik pada Pemilihan Presiden, masyarakat seolah tak lagi percaya pada proses pilkada.

“Aku ngerasa tiga-tiganya punya plus dan minusnya lah, cuma tetap kebanyakan drama. Banyak teman-temanku juga yang jadi malas memilih karena ngerasa prosesnya udah gak natural gitu. Kami kurang percaya kalau mereka bisa mewakili, tapi siapa pun yang jadi semoga amanah,” kata Alya.

Adapun lembaga survei Charta Politika mengungkap penurunan partisipasi pemilih Pilkada Jakarta hanya menjadi 58 persen, sementara Pilkada DKI 2017 berada di atas 70 persen. Dengan demikian, angka golput dalam Pilkada DKI Jakarta tahun ini meningkat sebanyak 30 persen dari tahun 2017.

Selain Alya, Namira juga bercerita tentang kebimbangannya mengahadapi kontestasi politik daerah kali ini. Ia mengungkap bahwa dirinya sudah berniat golput sejak debat kedua oleh KPU pada Minggu, 27 Oktober lalu. “Aku mah udah mau golput dari kemaren, ga minat sama calonnya,” ungkapnya pada Sabtu, (30/11).

Golput Turunkan Nilai Legitimasi

Tingginya angka golput tentu membawa pengaruh negatif terhadap jalannya pesta demokrasi. Dilansir dari rri.co.id, golput setidaknya dapat menurunkan legitimasi hasil pemilu, menghambat perubahan sosial, serta menurunkan kekuatan suara pemilih.

“Kami KPPS  031 jelas menentang kalau ada yang golput karena akan berdampak buruk kan. Ada kemungkinan kita bisa dipimpin sama orang asal-asalan kalau pada golput, kan?” sambut Dina, pada Rabu (27/11).

Meski jumlah golongan putih tidak menentukan keabsahan pemenang Pilkada, namun beban moral yang ditanggung akan menghantui paslon selama menjabat. Menurunnya legitimasi politik tentu akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan pemimpin daerah kelak. Terlebih jika masyarakat enggan percaya terhadap pemerintah.

“Itu akan selalu menjadi evaluasi politik dan bahkan bisa dikapitalisasi untuk merongrong legitimasi seseorang yang dipilih melalui partisipasi atau angka pengguna hak pilih yang rendah,” kata Titi Anggraini. Dilansir dari BBC News.


Penulis: Rahma Nayali

Post a Comment

Previous Post Next Post