ABISATYA NEWS — 2024 kembali menjadi tahun demokrasi di Indonesia. Momentum lima tahun sekali ini menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh generasi muda yang baru pertama kali memenuhi syarat untuk menjadi seorang pemilih.
Setelah melaksanakan Pemilu Presiden pada Februari 2024, kelompok pemilih pertama ini akhirnya kembali menggunakan hak suaranya melalui Pilkada serentak yang dilaksanakan pada November 2024. Walaupun sudah melaksanakan Pemilu Presiden, Pilkada juga merupakan momentum pertama, tentu hal ini masih belum menjadi hal lumrah untuk mereka. Tantangan dan harapan mereka menjadikan salah satu pengalaman yang berharga.
Kelompok pemilih pertama menjadi sorotan yang menarik di setiap momen pemilu. Dalam demokrasi di Indonesia, kelompok pemilih pertama ini memiliki potensi besar untuk membawa perspektif baru dan membentuk arah kepemimpinan baru, khususnya di daerah. Namun, dalam kenyataannya apakah demikian? Untuk membuktikan teori ini, mari ketahui cerita dari sudut pandang salah satu warga yang termasuk ke dalam kelompok pemilih pertama. Di cerita ini akan membahas tuntas bagaimana sebenarnya perjalanan seorang pemilih pertama dalam menggunakan hak suaranya untuk pertama kali.
Gilang Firmansyah, pelajar berusia 18 tahun, membagikan pengalamannya saat melaksanakan Pilkada perdananya. Gilang merupakan salah satu warga yang tinggal di Bojong Pondok Terong, Depok. Saat Pilkada 2024, Gilang menggunakan hak suaranya di TPS 021. Gilang bercerita dari pra-pelaksanaan, pelaksanaan, dan sesudah pelaksanaan. Sebelum pelaksanaan Pilkada 2024, Gilang pernah mengikuti kampanye yang dilakukan oleh salah satu paslon. Namun, dengan begitu Gilang tetap mengakui bahwa ia kurang memberikan edukasi lebih untuk dirinya tentang paslon-paslon yang mencalonkan diri. “Sebenarnya penasaran aja sih, oh ternyata kampanye tuh kayak gini,” cerita Gilang saat ditanyai melalui WhatsApp. Gilang menyebut bahwa ia mendatangi kampanye tersebut bersama teman-teman sekolahnya.
Menurut Gilang, walaupun dengan pemahamannya yang minim tentang Pilkada 2024, keluarga dan teman-temannya di sekolah sangat mempengaruhinya dan memotivasinya menjadi lebih semangat dalam pemilihan. Selain menghadiri kampanye bersama teman-temannya, keluarganya juga senantiasa selalu mengedukasi tentang surat suara dan bagaimana cara pemilihannya. “Iya kemarin nggak begitu sempat belajar tentang paslon-paslonnya, paling orang tua ngasih tau jumlah kertas dan cara milihnya aja,” lanjut Gilang.
Setelah mengetahui tata caranya, pada hari pelaksanaan Gilang datang ke TPS sekitar pukul 09.00 pagi untuk mulai menunaikan penggunaan hak suaranya. “Pas ini lucu, soalnya pas aku datang itu lumayan sepi terus tempatnya tertutup, jadi aku salah ngira kirain surat suaranya dikasih di dalam, ternyata di luar. Aku ngelewatin gitu aja pas mau dikasih surat suaranya, petugasnya jadi pada ketawa,” cerita Gilang saat hari pelaksanaan Pilkada di TPSnya. Gilang menyebutkan bahwa hal itu terjadi hanya karena murni ia salah mengira tata letak TPS. Ia menjelaskan kegugupannya malah didasari karena keminiman informasinya tentang paslon-paslon sehingga ia bingung hendak memilih siapa.
“Kalau wali kota aku tau, tapi buat gubernur nggak sempat ngepoin sama sekali jadi akhirnya aku milih yang keliatannya baik dan cakep,” lanjut Gilang diimbuhi dengan tawa di akhir kalimatnya. Gilang menyebut tidak ada kesulitan yang dihadapi selain saat ia salah mengira tata letak TPS. Walaupun begitu, setelah melaksanakan pencoblosan, Gilang merasa keren karena sudah menggunakan hak suaranya. Dengan pengalaman ini, membuat Gilang ingin melakukan yang lebih baik di pemilu selanjutnya. Menanggapi cerita Gilang, Sukarno selaku ketua KPPS di TPS 021 tempat Gilang mencoblos sekaligus selaku ketua RT 03 tempat tinggal Gilang, bahwa dengan pengalaman Gilang, generasi sekarang belum bisa membawa perubahan perspektif yang signifikan dalam demokrasi di Indonesia.
“Mereka masih muda dan seperti cerita Gilang, anak-anak muda sekarang cenderung tidak mengikuti politik di tanah air,” jelas Sukarno saat ditanyai melalui WhatsApp tentang pengaruh kelompok pemilih pertama dalam demokrasi tahun ini. Di TPS 021 yang Sukarno pimpin, mencakup warga RT 001, 002, dan 003 RW 006 di Bojong Pondok Terong, Cipayung, Depok. Terdapat 583 warga yang terdaftar menjadi pemilih, namun hanya 368 orang yang benar-benar menggunakan hak suaranya, 59% dari total keseluruhannya adalah kelompok pemilih pertama. Sukarno juga menanggapi tentang pentingnya pengaruh keluarga dalam mempengaruhi dan memotivasi generasi muda untuk menggunakan hak suaranya. Keluarga merupakan sumber pertama yang paling dekat dengan anak-anak muda, hal ini dapat menggugah semangat mereka untuk berpartisipasi dalam demokrasi di Indonesia.
Sukarno berharap adanya peningkatan kualitas dari kelompok pemilih pertama dalam Pemilu yang akan datang dan menambahkan, “zaman sudah serba digital dan generasi pemilih pertama ini rata-rata hobinya main games, jadi mungkin bisa disisipkan iklan-iklan tentang pemilu di games yang sedang ngetren,” Selain Sukarno, Gilang juga membubuhi harapannya untuk kelompok pemilih pertama di pemilu selanjutnya, “walaupun pengetahuan kalian nanti masih minim, jangan takut untuk menggunakan hak suara kalian. Selama masih ada waktu, perbanyak baca, penting banget buat kalian tau masing-masing paslon, visi, misi, dan program kerjanya. Kalau masalah nyoblos nanti diarahkan sama petugas KPPS. Semangat, next first voter!”
Reportase Interpretatif, Penulis: Fitri