Menapak Jejak Kawah Ratu: Mengeksplor Keindahan Tersembunyi di Gunung Salak

Para Pendaki Berada di Kawasan Kawah Ratu (Dok. Pribadi/Muhammad Nabil)

ABISATYA NEWS – Di balik hutan hujan tropis Gunung Salak, terdapat destinasi wisata alam yang dikenal Kawah Ratu. Kawah Ratu terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan terkenal dengan panorama alamnya yang indah.

Perjalanan menuju Kawah ratu memberikan pengalaman tersendiri bagi pendaki. Jalur Pasir Reungit yang berada di Kecamatan Pamijahan merupakan jalur landai dan membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mencapai puncak. Jalur pendakian ini, pendaki akan melalui jalan berbatu, berlumpur, serta sungai-sungai kecil. Namun, semua rasa lelah terbayar saat tiba di kawah yang indah.

Fenomena Gas Belerang yang Memanjakan Mata

Kawah Ratu terbentuk dari letusan Gunung Salak yang terjadi pada tahun 1938 dan berada di ketinggian 1.437 MDPL. Kawah ini memperlihatkan panorama yang menakjubkan dengan gas belerang yang tidak ada hentinya muncul dari atmosfer Bumi.

“Jadi, Kawah Ratu itu awal terciptanya dari letusan Gunung Salak yang terjadi di tahun 1938. Abis letusan, ruang kosong yang sebelumnya diisi magma muncul kawah yang luasnya 2 hektar” kata pemandu lokal pada Senin (16/09/2024).

Meski indah, kawah ini berpotensi bahaya bagi pendaki. Gas belerang Kawah ratu membuat kawasan ini rentan dengan perubahan cuaca dan aktivitasnya berstatus aktif. Para pendaki diimbau untuk selalu waspada dan dibatasi untuk berada di Kawah Ratu sekitar 30 menit, terutama saat cuaca buruk.

Kaya Akan Ekosistem Alam

Pemandu Lokal Gunung Salak (Dok. Pribadi/Muhammad Nabil)

Selain kawahnya yang indah, Kawah Ratu dikelilingi hutan hujan tropis yang kaya ekosistem. Flora dan fauna liar seperti Elang Jawa menjadikan perjalanan menuju kawah ini menjadi menantang. Para pencinta alam ataupun fotografer wildlife sering menjadikan kawasan ini sebagai tempat mempelajari ataupun mengabadikan ekosistem langka.

“Biasanya banyak yang membawa kamera profesional untuk memotret Elang Jawa. Kami gak papa kalau mereka bawa kamera profesional, tapi kami gak memperbolehkan mereka untuk membawa drone, karena itu bisa membuat hewan-hewan yang ada di sini terganggu” ucap pemandu lokal saat menyusuri hutan lebat itu.

Meskipun begitu, kawasan Kawah Ratu minim fasilitas. Tidak ada penanda jalan yang jelas di jalan bercabang, sehingga para pendaki disarankan untuk menggunakan pemandu lokal saat melakukan pendakian.

Tantangan Pendakian Kawah Ratu

Meningkatnya Kawah Ratu beberapa tahun terakhir memunculkan tantangan tersendiri bagi pengelola dalam menjaga kelestariannya. Sampah dari para pendaki dan perusakan ekosistem menjadi masalah yang perlu diatasi.

Pengelola TNGHS berencana untuk Kawah Ratu ke depannya, “Untuk melakukan pendakian ke Kawah Ratu memang penuh tantangan, tapi kami pengelola berharap pengunjung untuk tetap menjaga kelestarian alam yang ada di sini. Sampah dibawa turun kembali dan ikuti aturan yang ada”.


(Penulis: Muhammad Nabil)

Post a Comment

Previous Post Next Post