![]() |
Foto sajian kuliner malam 'Gultik'. (Sumber: Laura Diandra S) |
ABISATYA
NEWS – Blok M, salah satu pusat keramaian di Jakarta, kini
semakin dikenal bukan hanya sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga sebagai
surga kuliner jalanan. Salah satu yang menarik perhatian adalah fenomena
"Gulai Tikungan", sebuah sajian khas yang berlokasi di sepanjang
tikungan Jalan Bulungan, Jakarta Selatan.
Gultik sendiri sudah terkenal sejak 1997 di Jakarta, memadukan resep tradisional dengan sentuhan lokal, yang menjadikannya cukup terkenal di kalangan generasi muda. Biasanya para pedagang Gultik menyediakan kursi dan meja kecil sebagai tempat makan pelanggan.
Dengan gerobak
sederhana dan penerangan seadanya, suasana penikmat Gultik yang biasanya ramai
di malam hari ini, dipenuhi dengan aroma rempah-rempah yang menggugah selera. Gultik
umumnya disajikan menggunakan piring kecil, dengan porsi yang sesuai dengan
harganya.
Sepiring Gultik dibanderol
dengan harga Rp10.000, dan sate jeroan seharga Rp5.000, per tusuknya. Sajian
Gultik biasanya terbuat dari daging sapi atau kambing yang dimasak dengan bumbu
rempah seperti kunyit, jahe, dan cabai.
Hidangan ini terdiri
dari nasi dan potongan-potongan daging yang kemudian disiram dengan kuah hangat
langsung dari pancinya. Sehingga, setiap pelanggan yang datang akan menyantap
sajian Gultik yang masih hangat. Kemudian di atasnya diberi kerupuk
sebagai pelengkap, dan sambal di mangkuk terpisah.
![]() |
Agus Budi, salah satu penjual Gulai Tikungan di Blok M. (Sumber: Laura Diandra S) |
Dalam seharinya,
ratusan piring Gultik bisa terjual habis. Apalagi ketika akhir pekan, intensitas
pengunjung lebih banyak daripada hari biasa.
“Kalau sehari-hari sih 500 piring kurang lebih, beda lagi
kalau sabtu minggu, lebih rame,” ucap
Agus, salah satu pedagang Gultik di sekitar jalan Bulungan, Senin (16/9)
Fenomena ini tidak
hanya menarik perhatian penduduk lokal, tetapi juga wisatawan yang datang ke
Jakarta. Dengan kehadiran media sosial, banyak pengunjung yang membagikan
pengalaman mereka menikmati Gulai Tikungan, menjadikannya viral di
platform-platform seperti Instagram dan TikTok.
![]() |
Salah satu pengunjung dengan teman-temannya, tengah menikmati hidangan Gultik (16/9). (Sumber: Laura Diandra S) |
“(Kami) biasanya kalau
lagi bingung mau makan apa ya ke sini, simple
dan murah juga soalnya kan, sekalian bengong malam-malam,” ucap Halimah Tussa Diah dan teman-temannya, Senin (16/9)
Meskipun demikian, persaingan
yang ketat di industri kuliner jalanan dan kenaikan harga bahan baku menjadi
isu utama. Selain itu, para penjual juga harus memperhatikan kebersihan dan
kualitas makanan agar tetap dapat mempertahankan pelanggan.
Sebagian berpendapat
bahwa harganya yang dibilang terjangkau merupakan sebuah trik marketing yang menarik perhatian
pengunjung dikarenakan porsi kecil yang disajikan oleh para pedagang.
“Kurang worth it sih kalo menurut gue, tapi gue ngerti kenapa ini nge-hype
banget. Buat rasa sih biasa aja, tapi buat harga cocok lah sama porsinya yang
sederhana, apalagi orang-orang kayak gue
yang nyobain ini karena penasaran aja,”
ucap Fauzi, saat ditanya perihal pengalamannya mencoba Gultik di Blok M, Senin (16/9)
Gulai Tikungan di Blok
M bukan hanya sekadar kuliner, tetapi juga sebuah fenomena sosial khususnya di
kota Jakarta. Dengan kombinasi rasa yang khas dan suasana yang menarik, Gultik terus
menjadi daya tarik bagi banyak orang, membuktikan bahwa kuliner jalanan masih
memiliki tempat istimewa di hati masyarakat.
Penulis: Laura Diandra
Salzabilla