![]() |
Partisipasi pemilih TPS 47, Jakarta Timur |
ABISATYA NEWS - Pilkada adalah
proses penting untuk menentukan pemimpin daerah selanjutnya yang dapat
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun, pada Pilkada 2024 ini terdapat
catatan penting yang menjadi refleksi bagi kehidupan demokrasi di Indonesia.
Pilkada 2024 serentak dilaksanakan pada 27 November 2024, di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) masing-masing daerah. TPS 47, Kelurahan Kelapa Dua Wetan (KDW),
Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, juga telah melaksanakan Pilkada dengan tertib.
Sayangnya, pada Pemungutan suara di TPS 47, terdapat penurunan partisipasi
pemilih yang menggunakan hak suaranya.
Di TPS 47, dari total 602 surat suara yang telah dibagikan kepada pemilih hanya terdapat 372 pemilih yang menggunakan hak pilih mereka. 155 suara dari laki-laki, 217 suara dari perempuan, 29 surat suara tidak sah atau golput, dan surat suara sah 343. Selain itu, suara terbanyak dicapai oleh paslon urut 3 Pramono Anung-Rano Karno dengan total suara 154 suara.
Ketua TPS 47, Hasmawati menyebut
bahwa ada penurunan partisipasi yang cukup besar pada Pilkada 2024. Hal ini
mengundang pertanyaan tentang semangat demokrasi terhadap keterlibatan
masyarakat dalam memilih pemimpin mereka.
Riani,
sebagai warga yang menggunakan hak pilih juga mengaku merasakan partisipasi
warga yang berkurang, “Aku dateng dari pagi, terus di TPS sampe
siang sambil ikut nonton penghitungan suara. Tapi yang dateng juga dikit
banget, mungkin iya ada saatnya rame, tapi setelahnya sepi lagi dan yang
nontonin perhitungannya juga cuma aku, temen aku, sama panitia KPPS aja. Gak
kaya Pilkada tahun-tahun lalu yang rame banget,” ungkapnya.
Fenomena ini menyiratkan adanya ketidakpedulian pada politik di kalangan sebagian warga. Pemilu kepala daerah, yang seharusnya menjadi momen penting untuk menentukan masa depan daerah, sering kali dipandang kurang penting dibandingkan pemilihan legislatif atau presiden.
Penurunan pemilih
rupanya tidak hanya dirasakan oleh TPS 47 saja, di beberapa TPS lain di Jakarta
juga mengalami penurunan partisipasi pemilih. Angka partisipasi pemilih pada
pilkada Jakarta 2024 tercatat hanya mencapai sekitar 4,3 juta suara. Sementara
jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 8,2 juta. Artinya, partisipasi
pemilih ada di angka 53,05.
Berdasarkan data, ada puluhan TPS di Jakarta dengan tingkat partisipasi pemilih tidak mencapai 35 persen. Bahkan, TPS dengan jumlah DPT sebanyak 586 orang seperti di TPS 023 Petojo Selatan hanya didatangi 93 pemilih saja. Artinya, hanya 15,87 persen pemilik hak suara datang mencoblos. Serta masih banyak TPS lain di Jakarta dengan partisipasi pemilih yang sangat rendah. Dilansir dari Tempo dalam berita berjudul "Tingkat Partisipasi Pilkada Jakarta 2024 Terendah Sepanjang Sejarah, Pengamat Politik Beberkan Beberapa Sebab".
Selain
menurunnya tingkat semangat demokrasi masyarakat, meningkatnya angka golput
dalam Pilkada 2024 juga menjadi salah satu masalah penting yang menyorot
Pilkada 2024. Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Asep
Hasan Sadikin, menilai tingginya angka golput pada Pilkada Jakarta disebabkan
oleh adanya ketidaksesuaian antara aspirasi masyarakat dengan calon yang
diusung partai politik.
Dalam survei
politik Indonesia yang rilis pada 25 Juli 2024, Anies (Mantan gubernur DKI
Jakarta 2017-2022) menempati posisi pertama dengan mencapai angka sebesar 39,7
persen. Kemudian, Ahok (Mantan gubernur DKI Jakarta 2014-2017) menempati posisi
kedua dengan 23,8 persen dan Ridwan Kamil sebesar 13,1 persen. Namun, pada
Pilkada 2024 tidak ada partai politik yang mengusung Anies maupun Ahok.
Pada faktor
lain, meningkatnya angka golput juga dikarenakan jadwal Pilkada yang berdekatan
dengan Pemilu Nasional, hal ini mengakibatkan kejenuhan dari Masyarakat dan
penurunan antusiasme terhadap politik di Indonesia. Dilansir dari Tempo,
artikel berjudul “Sederet Pendapat Soal Tingginya Angka Golput pada Pilkada
Jakarta 2024”.
Rendahnya partisipasi ini seharusnya menjadi sinyal bagi pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi mengenai pentingnya memilih dan menjelaskan dampak langsung dari Pilkada terhadap kesejahteraan masyarakat.
Hal ini yang menjadi refleksi untuk kehidupan demokrasi di Indonesia. Penurunan partisipasi pemilih dan meningkatnya angka golput dalam Pilkada 2024 menjadi catatan bagi pemerintah, KPU, serta partai politik untuk lebih melibatkan masyarakat secara aktif dalam berdemokrasi.
Penulis: Rivanti Erawati