ABISATYA NEWS - Pukul sepuluh pagi tampak seperti pukul tujuh. Matahari malu-malu menunjukan rupanya. Sinarnya sesekali menembus kepulan awan. Suhu dingin menusuk kulit setiap pengunjung Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Menjadi salah satu destinasi wajib yang seringkali dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, Candi Arjuna merupakan tempat bersejarah yang menawarkan pesona arsitektur klasik dan juga keindahan alam sekitarnya.
Dibangun pada abad ke-8 masehi, candi ini menjadi tempat persembahyangan umat Hindu pada masa Mataran Kuno. Namun, selain keindahan alam dan arsitektur yang ditawarkan, ada hal unik dan baru yang bisa wisatawan dapatkan ketika berkunjung ke Candi Arjuna.
Tradisi Ruwatan
Sebelum pengunjung dapat berkeliling, mereka akan dikumpulkan di sekitar candi dan dipersilahkan duduk seraya mendengarkan penjelasan mengenai sejarah dan salah satunya, tradisi Ruwatan atau Ruwatan Rambut Gimbal.
Ruwatan Rambut Gimbal adalah tradisi pemotongan rambut anak-anak dataran tinggi Dieng yang terlahir dengan rambut gimbal. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal satu Suro atau satu Muharam, saat digelarnya Dieng Culture Festival.
Ruwatan berasal dari kata 'ruwat' yang dalam bahasa Jawa artinya melepaskan atau membebaskan dari sesuatu yang menimbulkan bahaya, malapetaka, dan keadaan yang tidak baik. Seperti artinya, tradisi ini bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut gimbal dari sukerta (kesialan, kesedihan, dan malapetaka).
Masyarakat Dieng percaya anak berambut gimbal adalah titipan dewa. Maka dari itu, tradisi ini sudah mengakar dalam budaya Dieng sedari dulu dan telah dilakukan secara turun-temurun.
Manfaat Bagi Wisatawan
Adanya penjelasan tentang tradisi Ruwatan kepada wisatawan Candi Arjuna memberikan banyak manfaat. Pemahaman tentang tradisi ini menjadikan kunjungan mereka bukan sekadar wisata visual, tetapi juga edukasi budaya mendalam. Mereka dapat menghargai makna di balik prosesi tersebut dan merasakan kekayaan budaya lokal yang unik.
"Waktu berkunjung ke situ gak expect bakalan ada penjelasan kaya gitu dulu. Tapi bagus sih, mengedukasi, jadi kita bisa tau tentang budayanya." tutur Citra, salah satu pengunjung Candi Arjuna.
Selain itu, penjelasan ini juga berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat Dieng dan pengunjung. Dengan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang telah mengakar ini, wisatawan diharapkan mampu menghormati adat dan tradisi setempat.
Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya dilestarikan, tetapi juga diperkenalkan kepada generasi berikutnya. Menjadikannya bagian dari pengalaman wisata yang mengesankan dan mengedukasi.
Penulis : Rinjani Nur Anisa