ABISATYA
NEWS -
Bukan
perihal tenaga kesehatan saja, menjadi menteri kesehatan
artinya mampu mewadahi generasi muda dalam pendidikan kesehatan. Lantas, sanggupkah Budi Sadikin
menopangkan pundaknya untuk pendidikan kesehatan di Indonesia?
Pertanyaan tersebut lambat
laun
muncul seiring dengan terpilihnya kembali Budi Gunadi Sadikin sebagai
Menteri Kesehatan RI. Gelar tersebut lagi-lagi diembannya dalam Kabinet Merah
Putih di bawah
pemerintahan
Prabowo.
Namun, dibalik gemuruh riuh
kabar pengangkatan kembali Budi Sadikin, masih banyak pertanyaan-pertanyaan
yang belum menemukan jawaban dalam dunia kesehatan Indonesia. Khususnya sebagai
kementerian kesehatan yang menaungi lembaga pendidikan Politeknik Kementerian
Kesehatan (Poltekkes) di seluruh Indonesia.
Sebagai Menteri Kesehatan, tugas
Budi Sadikin ke depan bukan perihal menangani kinerja dokter dan tenaga medis
saja. Budi Sadikin turut bertanggungjawab atas keberlangsungan hidup Poltekkes
sebagai cikal-bakal dan masa depan tenaga medis di Indonesia. Ribuan harapan terpatri
untuk Budi Sadikin, demi masa depan pendidikan kesehatan di Indonesia yang
lebih cemerlang.
Intania Mulya, seorang
mahasiswi Poltekkes Jakarta 1 menilai kinerja Budi Sadikin selama menjabat
sebagai Menteri Kesehatan Jokowi memang patut diacungi jempol. Budi Sadikin
sangat mencolok ketika menangani kasus COVID-19 di Indonesia. Program vaksinasi
digencar habis-habisan untuk
menuruni angka kematian akibat virus tersebut.
“Dia berhasil mempercepat program vaksinasi COVID-19 dan memperkuat
komunikasi publik terkait kesehatan. Pendekatan datanya dalam kebijakan juga
patut diapresiasi,” tutur Intan.
Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, Budi Sadikin berhasil membuka jaringan internasional dan mengerahkan Indonesia untuk pengadaan alat PCR test, dan vaksin COVID-19. Sistem pelaksanaan, distribusi, hingga pengadaan obat penyembuhan (therapeutic) juga tertata dengan baik.
Selain itu, diungkapkan juga bahwa Budi Sadikin turut berperan aktif dalam penanganan COVID-19. Hal ini dilakukan Budi Sadikin dengan memonitor langsung dan mengelola 70 rumah sakit milik BUMN.
Sayangnya, masa keemasan Budi Sadikin selama menangani kasus COVID-19
tak cukup menjadi parameter seberapa pantas ia menaiki kursi jabatan di
kementerian kesehatan kembali. Mirisnya, keemasan Budi Sadikin bercelah juga.
Dibalik kejeliannya menanggulangi virus yang mewabah, Budi Sadikin lupa akan pemberdayaan
Poltekkes di Indonesia yang dinaungi langsung oleh Kementerian Kesehatan RI.
Politeknik Kementerian Kesehatan merupakan fasilitas negara yang perlu dijaga
dengan baik.
Lembaga ini memiliki potensi kuat untuk memajukan pendidikan kesehatan di
Indonesia. Namun, apa daya potensi yang begitu bagus bila tak diimbangi dengan
dukungan yang memadai dari Kementerian Kesehatan.
“Politeknik Kesehatan di bawah kementeriannya memiliki potensi, namun
perlu penguatan kurikulum dan fasilitas pendukung agar lebih relevan dengan
kebutuhan industri kesehatan,” jelas Intan.
Intan menuturkan, selama ini Poltekkes masih belum mampu mewadahi
mahasiswa secara maksimal. Banyak fasilitas-fasilitas yang perlu segera
diperbaiki dan kurikulum yang lebih kuat untuk menunjang proses pembelajaran sehari-hari.
Poltekkes butuh kucuran dana dari kementerian kesehatan, hal ini perlu menjadi perhatian Budi
Sadikin bila tekadnya sudah kukuh untuk melanjutkan jabatan menteri kesehatan era Prabowo.
“Kendala seperti kurangnya dana, fasilitas belajar yang terbatas, serta
kurikulum yang belum sepenuhnya adaptif dengan perkembangan teknologi kesehatan
perlu ditangani,” tegas Intan.
Budi Sadikin dituntut untuk menaruh perhatian penuh pada keberlangsungan
Poltekkes di seluruh Indonesia. Integrasi layanan kesehatan, hingga akses dan kualitas layanan yang
diberikan tenaga medis Indonesia bermuara dari pendidikan kesehatan yang
mumpuni. Tak akan pernah ada tenaga medis yang handal tanpa dibekali pendidikan
kesehatan yang layak.
Sebagai mahasiswi Poltekkes, Intan berharap program kerja yang diusung
Budi Sadikin kelak mampu meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia melalui
lembaga pendidikan Poltekkes di seluruh Indonesia. Penyediaan fasilitas
teknologi sebagai pendukung kegiatan belajar-mengajar juga menjadi aspek yang
perlu diperhatikan.
Tak hanya itu, Intan juga berharap kehadiran Budi Sadikin yang diamanahkan kembali sebagai
Menteri Kesehatan dapat membenahi masalah penyakit-penyakit yang belum tertata dengan baik
di bawah Kementerian Kesehatan. Utamanya seperti penyakit diabetes yang
sosialisasi dan penanggulangannya masih minim di Indonesia.
“Penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi masih kurang mendapat
perhatian. Kementerian perlu memperkuat program pencegahan dan pengelolaan
penyakit ini,” pungkas Intan.
Budi Sadikin boleh bersuka cita atas kursi dua
periode menteri kesehatan yang kembali direbutnya. Namun, prioritas Budi
Sadikin perlu ditambah. Sebab baik buruknya kualitas Politeknik Kesehatan di
Indonesia, masa depan dunia kesehatan RI jadi taruhannya.
Nama Penulis: Debby Alifah Maulida