Pentingnya Peran Jumantik dalam Pencegahan DBD

 

(Sumber : Meti Handayani)

ABISATYA NEWS - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, tenaga kesehatan, serta pemerintah. Selain kepadatan penduduk meningkat seiring pembangunan kawasan permukiman, perilaku masyarakat yang kurang sadar terhadap kebersihan juga membuat penyakit DBD ini mudah tersebar.


Kasus DBD sempat mengalami peningkatan pada Maret 2024 di Jakarta Timur. Dengan adanya peningkatan kasus DBD ini, diperlukan pengendalian penyakit demam berdarah dengan pelaksanaan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). 


Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedis Aegypti, Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginisiasi pembentukan kelompok masyarakat yang disebut Jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang dilibatkan dalam promosi kegiatan pencegahan DBD, dari mengedukasi masyarakat hingga melakukan pengawasan dan pemberantasan jentik nyamuk.


Peran Jumantik dalam Peningkatan Kasus DBD


Jumantik merupakan singkatan dari Juru Pemantau Jentik. Lebih jelasnya, mereka merupakan orang yang bertugas dalam memantau jentik nyamuk di rumah-rumah warga setempat. Jumantik biasanya berasal dari kader kesehatan lingkungan sekitar yang secara sukarela melakukan tugasnya. 


Adanya peningkatan kasus DBD pada Maret 2024 lalu, yang diduga akibat curah hujan tinggi pada awal tahun, membuat para anggota Jumantik harus bekerja lebih dari biasanya. Pemeriksaan rumah warga yang biasanya dilakukan 1 kali dalam seminggu kini harus dilakukan 2 kali.


“Nambah dong, yang tadinya 1 kali jadi 2 kali seminggu.” ujar Meti Handayani, anggota Jumantik Kelurahan Batu Ampar, Jakarta Timur pada Minggu (29/09/2024). 


Dalam kegiatan pemeriksaan tersebut, biasanya mereka akan mengecek keberadaan jentik pada bak mandi dan juga di tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti pot atau akuarium. Jika ditemukan jentik pada tempat tersebut, anggota jumantik yang bertugas akan memberikan bubuk abate yang merupakan obat pembunuh jentik nyamuk.


Pengecekan bak mandi salah satu warga oleh anggota Jumantik (sumber : Meti Handayani)


Meti menjelaskan bahwa 3M (menguras, menutup, dan mengubur) adalah cara yang dapat dilakukan secara mandiri oleh warga dalam rangka pencegahan DBD. Beberapa contoh dari 3M adalah menguras tempat penampungan air yang tidak terpakai, mengubur barang bekas seperti kaleng, botol, atau ban yang dapat menampung air hujan, dan menutup bak mandi agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di dalamnya.


Selain 3M, ada pula tambahan seperti memakai kelambu saat tidur, memakai pakaian yang dapat melindungi tubuh saat beraktivitas, memakai lotion anti nyamuk, dan menanam tanaman anti nyamuk. 


Jika terdapat warga sekitar yang terkena DBD, data dari rumah sakit akan otomatis masuk ke Puskesmas kelurahan setempat yang kemudian akan diteruskan pada koordinator Jumantik. 


Informasi tersebut nantinya akan diteruskan oleh koordinator kepada anggota untuk memastikan kebenarannya secara langsung dengan mendatangi rumah warga yang terdampak. Jika benar, anggota Jumantik akan meminta hasil tes lab yang akan diberikan pada Puskesmas untuk pendataan. Fogging pun akan dilakukan jika dalam satu RT (Rukun Tetangga) terdapat lebih dari 7 orang yang terdampak. 


Warga juga merasa bersyukur dengan adanya Jumantik yang bertugas di daerah tempat mereka tinggal. “Alhamdullilah, jadi ada yang mantau.” ucap Fera, warga Batu Ampar, pada Minggu (29/09/2024). “Saya kan kadang juga gak bisa merhatiin semuanya, pot atau ada tempat yang keisi air hujan. Ada jumantik jadi ada yang ngecek setiap minggu.” lanjutnya.


Gejala dan Penanganan Pertama saat Terkena DBD


Selain peran Jumantik dalam menghadapi peningkatan kasus DBD, Meti juga turut membagikan sekilas informasi mengenai Demam Berdarah Dengue. Anak-anak, lansia, dan orang yang kurang sistem kekebalan tubuhnya merupakan sosok yang paling rentan terkena penyakit ini.


Demam berdarah dapat dikenali melalui gejala awalnya, seperti sakit kepala, mual hingga muntah berulang, nyeri tulang/otot, munculnya ruam pada kulit, dan radang tenggorokan. 


Penanganan pertama yang harus dilakukan adalah tentunya dengan membawa orang yang terdampak ke rumah sakit. Namun selain itu, orang yang terdampak juga memerlukan istirahat total dan dianjurkan untuk banyak mengonsumsi cairan (air putih, jus buah, oralit) demi mencegah dehidrasi. 


Penulis : Rinjani Nur Anisa



Post a Comment

Previous Post Next Post