Di tengah gemerlap dunia digital dan informasi yang berlimpah, Gen Z, generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, menghadapi tantangan yang tidak terduga yaitu krisis literasi.
Teknologi yang singkat dan visual perlahan membuat minat membaca Generasi Z menurun. Oleh karena itu, Generasi Z menghadapi tantangan serius yang terkait dengan keterampilan membaca mereka di era digital ini.
Terdapat faktor eksternal dan internal terhadap kurangnya literasi pada Gen Z.
- Faktor internal yang pertama tidak meluangkan waktunya untuk membaca, kurangnya kebiasaan membaca pada Gen Z ini terjadi kerena dalam dirinya belum mempunyai kesadaran tentang pentingnya membaca buku.
- Kemudian kedua adalah tingkat kecerdasan yang berbeda. Setiap individu memiliki kecerdasan dan gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih memilih memperoleh pengetahuan melalui membaca (gaya belajar visual -verbal), sementara ada yang lebih efektif belajar melalui menonton video atau mendengarkan (gaya belajar audio-visual).
- Faktor internal yang terakhir yaitu latar belakang ekonomi orang tua kalangan Gen Z yang 91,67% termasuk dalam menengah ke bawah. Mengungkapkan bahwa rendahnya daya beli buku masyarakat berkaitan dengan rendahnya tingkat ekonomi dan rendahnya kesadaran pentingnya buku. Tuntutan hidup dizaman sekarang ini cukup tinggi. Secara umum penghasilan masyarakat telah habis untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hidup sehari hari. Kondisi ini menjadikan remaja termasuk gen z dari lingkungan keluarga tersebut kurang akrab dan merasa asing dengan buku dan akhirnya kurang memiliki minat literasi yang rendah.
Faktor eksternal selanjutnya ada dua:
- Pertama kurangnya kebiasaan membaca pada Gen Z ini terjadi karena dalam dirinya belum mempunyai kesadaran tentang pentingnya membaca buku. Dan tidak meluangkan waktunya untuk membaca.
- Kedua 92,30% anak remaja jarang mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Remaja lebih tertarik pada gadget dan media sosial, yang menawarkan hiburan instan dan informasi cepat. Banyak informasi dapat diakses secara digital atau online tanpa perlu ke perpustakaan.
Maju nya era globalisasi yang mempengaruhi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sehingga Gen Z dapat memperoleh informasi dengan akses yang mudah dan cepat.
Nazwa Shihab pernah bertakata ‘Membaca ialah upaya merekuk makna ikhtiar untuk memahami alam semesta. Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka.
Solusi dari kurangnya literasi pada Gen Z yaitu penyediaan bahan bacaan yang beragam dan menarik, dapat membantu memberantas kurangnya keterampilan membaca pada Gen Z. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang sesuai, dengan usia dan tingkat kemampuan membaca generasi Z.
Penyediaan bahan bacaan dengan berbagai tingkat kesulitan membantu memenuhi kebutuhan individu tersebut. Bahan bacaan dapat disesuaikan dengan berbagai tema yang relevan dengan kehidupan generasi Z.
Menjadwalkan waktu membaca membantu membentuk kebiasaan yang terintegrasi dalam rutinitas harian. Manfaatkan teknologi untuk membaca buku elektronik atau mendengarkan buku pada audio. Ini memberikan fleksibilitas dan dapat menjadi cara yang lebih praktis dalam menjaga kebiasaan membaca.
Salah satu langkah perbaikan yang dapat diambil ialah, dengan mengoptimalkan kembali fungsi perpustakaan sekolah sebagai pusat literasi. Dengan fasilitas perpustakaan yang memadai sesuai dengan panduan Kemendikbud, yang mencakup keberagaman sumber buku dalam bentuk digital.
Maka dari itu sekolah perlu untuk menambah bahan bacaan buku selain buku mata pelajaran, sehingga dapat meningkatkan minat baca siswa.
Dapat disimpulkan bahwa generasi Z, sangat erat kaitannya dengan interaksi kemajuan teknologi. Dalam hal tersebut tidak memungkiri pesatnya informasi yang diserap akan mempengaruhi pola tindakan serta pemikiran yang akan membawa dampak bagi indeks pembangunan manusia.
Di mana indeks pembangunan manusia ini dipengaruhi oleh adanya kegiatan literasi. Literasi pada era generasi Z mendapat banyak kemudahan sekaligus juga hambatan, salah satu diantaranya adalah rendahnya minat baca yang ada di dalam masyarakat yang membuat peran orang tua dipertanyakan.
Munculnya beberapa hambatan tersebut, juga merupakan tantangan untuk pemerintah dan generasi Z mengeksplor segala cara untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di bidang literasi.
Nama Penulis: Nabila Febriyanti